“Bagi yang tidak memilih Partai Aceh wajib meninggalkan tanah Aceh, karena Partai Aceh wajib untuk dipilih,” (Saifuddin Yunus, Jurkam Partai Aceh, 24/3/2014)
Itulah sepenggal kalimat dari beberapa ancaman yang menjadi “andalan” Partai Aceh (PA) dalam melaksanakan kampanye di beberapa tempat di Aceh. Gagasan yang seharusnya mewarnai dan menjadi tolak ukur bila PA menang nyaris “nihil”. Kalaupun ada, tidak ada target yang jelas terkait janji-janji yang diumbar di hadapan massa, yang kebanyakan belum paham bagaimana menganalisa setiap janji “manis” yang dilontarkan juru kampanye (jurkam) PA. padahal sebelumnya, telah banyak janji yang pernah disampaikan oleh politisi PA, yang ternyata terbukti “kosong”. (Baca:Munafik Berbingkai ‘ZIKIR’)
Jika menyebutkan satu per satu janji-janji yang sebelumnya telah terbukti tanpa sekadar “omong doang” dengan sejumlah ancaman, yang kini kembali diumbar dihadapan massa, maka dapat diurutkan sebagai berikut: Listrik Gratis (yang berbayar saja, listrik sering mati saat ini di Aceh), Raskin Haram Bagi yang Tidak Pilih PA,Partai Lain ‘Anak Yatim’, dsb.
Gagasan yang semestinya diutamakan, seperti mengurangi angka kemiskinan, meningkatkan lapangan kerja, mempernaiki pelayanan publik, renovasi dan penambahan infrastruktur, justru minim dalam beberapa kampanye yang pernah digelar oleh PA.
Ini sungguh berbeda dengan “hujatan” yang dominan dalam beberapa kampanye PA. bagi pihak yang berseberangan dengan PA, maka para jurkam dengan “mudah” melabel pihak yang berbeda dengan mereka dengan istilah “pengkhianat”. Tidak ada penjelasan lebih lanjut terkait frasa “jangan pilih pengkhianat” dan “waspada terhadap serangan Pasukan Netherland Aceh”, “Aceh ‘terancam’ jika PA kalah“, bahkan Tuha Peut (setingkat Majelis Tinggi) PA yang kini telah menjadi ‘Wali Nanggroe’, Malek Mahmud menyebutkan kalimat sebagai berikut: “Siapa saja yang tidak sesuai dengan visi dan misi kita, akan disingkirkan.”
TERBUKTI PALSU
“Bukan hanya mengharapkan uang Rp 1 Juta per KK kemudian bulan depan datang lagi, itu bukan solusi yang bagus,” (Zaini Abdullah, 9/1/2013).
Ucapan di atas, jelas menunjukkan janji hanyalah sekadar janji yang mudah untuk diucapkan, namun sulit untuk merealisasikannya (kalau tidak ingin disebut menipu). Oleh karenanya, kali ini rakyat Aceh kembali mendapatkan kesempatan untuk memilih wakilnya yang akan duduk di kursi Parlemen. Jadi, harapan agar wakil yang mereka pilih adalah orang-orang yang mampu membawa aspirasi rakyat semoga terwujud. Jangan lagi, Calon-calon anggota Legislatif yang akan duduk di kursi Parlemen dan tidak mampu atau justru mengkhianati aspirasi rakyat, kembali mencengkeram dan meneror kehidupan rakyat Aceh. Cukup sudah para penipu mengkhianati dan menyengsarakan masyarakat Aceh. Semoga Aceh ke depan jauh lebih baik daripada sekarang.
Ruslan Jusuf